Jakarta, 5 Oktober 2022, SMK Negeri 22 Jakarta telah mengadakan kegiatan budaya literasi menulis cerpen di sekolah, secara bersama-sama di kelasnya masing-masing, mulai dari kelas X s.d kelas XII, dengan tujuan utama dari pembuatan cerpen itu yaitu: untuk mengembangkan minat baca siswa, menumbuhkan kreativitas dan ide, mengungkapkan perasaan penulis, dan untuk menyampaikan pesan atau amanat. Sebagai Ketua pelaksana dari kegiatan literasi di SMKN 22 Jakarta ini adalah: Ibu. Dra. Windiarti, M.Pd yang dibantu oleh TIM, merasa penuh optimis untuk mewujudkan budaya literasi di SMKN 22 Jakarta ini, Berikut adalah ketentuan yang diberikan oleh panitia dalam penulisan cerpen untuk siswa/I berdasarkan informasi dari WA Group Aktif SMKN 22 Jakarta.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk membuat cerpen :
- Tentukan siapa tokoh idola kamu, misalnya artis/aktor atau pemain bola, atlet, tokoh politik dll.
- Jika dia adalah tokoh idola kamu, maka kamu seharusnya tahu karakternya, kegemarannya, kesibukannya, dll. (Kamu bisa mengetahuinya melalui media)
- Bayangkan jika tokoh itu adalah orang yang dekat denganmu, ibu/ayah kamu, kakak/adik kamu, teman dekat atau sahabat pena kamu, dll.
- Di awal cerita, gambarkan karakter tokoh itu
- Buatlah peristiwa yang melibatkan kamu dan tokoh idola kamu ituLangkah-langkah yang bisa dilakukan untuk membuat cerpen :
- Tentukan siapa tokoh idola kamu, misalnya artis/aktor atau pemain bola, atlet, tokoh politik dll.
- Jika dia adalah tokoh idola kamu, maka kamu seharusnya tahu karakternya, kegemarannya, kesibukannya, dll. (Kamu bisa mengetahuinya melalui media)
- Bayangkan jika tokoh itu adalah orang yang dekat denganmu, ibu/ayah kamu, kakak/adik kamu, teman dekat atau sahabat pena kamu, dll.
- Di awal cerita, gambarkan karakter tokoh itu
- Buatlah peristiwa yang melibatkan kamu dan tokoh idola kamu itu
Senanda dengan itu maka untuk meningkatkan minat baca, menumbuhkan budaya literasi warga sekolah, dan meningkatkan daya saing bangsa melalui program penguatan pendidikan, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) pada tahun 2016 dimana Gerakan Literasi Sekolah termasuk menjadi salah program di dalamnya.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan gerakan literasi secara menyeluruh yang aktivitasnya banyak dilakukan di sekolah dengan melibatkan siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua dengan menampilkan praktik baik tentang literasi dan menjadikannya sebagai kebiasaan serta budaya di lingkungan sekolah.
Gerakan Literasi Sekolah harapan terbesarnya adalah menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran berbudaya literasi, dan membentuk warga sekolah yang literat dalam hal baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya serta kewargaan. Dalam pelaksanaannya, Gerakan Literasi Sekolah menyasar ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dalam konteks sekolah, subjek dalam kegiatan literasi adalah peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan (pustakawan, pengawas), dan kepala sekolah. Semua komponen warga sekolah ini berkolaborasi dalam Tim Literasi Sekolah (TLS) di bawah koordinasi kepala sekolah dan dikuatkan dengan SK kepala sekolah. TLS bertugas untuk membuat perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program. TLS dapat memastikan terciptanya suasana akademis yang kondusif, yang mampu membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar.
TIM Literasi sudah membuat jadwal pengembangan budaya literasi di SMKN 22 Jakarta. Namun untuk memujudkanya perlu bebrapa strategi. Untuk mewujudkan budaya literasi yang positif di sekolah, maka perlu adanya beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah:
- Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi
Hal ini adalah sangat penting dalam mewujudkan pengembangan budaya literisi, karena lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya peserta didik di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala sekolah dan guru. Selain itu, karya-karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di Sudut Baca di semua kelas, kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan menunjukkan pengembangan budaya literasi. Dalam hal ini setiap sekolah perlu memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah.
- Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif
Terbentukny a lingkungan sosial dan afektif dibentuk melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademis, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Sekolah bisa menyelenggarakan festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya.agar literasi dapat mewarnai semua perayaan penting di sekolah sepanjang tahun.
- Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademis yang literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademis. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan/atau guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya. Sobat SMP juga dapat mengunduh modul-modul yang diterbitkan Direktorat SMP sebagai bahan bacaan yang dapat mendukung gerakan literasi di sekolah.
Kata bijak literasi
“Penguatan budaya literasi adalah kunci memajukan negeri ini.”
“Membaca adalah melawan, menulis menciptakan perubahan, dan terorisme adalah pecundang.”
“Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas karakter, kompetensi dan kesejahteraan hidup seseorang, adalah dengan menanamkan budaya literasi (membaca-berpikir-menulis-berkreasi). Cara terbaik untuk menanamkan budaya literasi yang kuat pada seseorang adalah dengan menjadikannya sebagai seorang penulis. Karena setiap penulis, secara otomatis akan melewati tahapan membaca, berpikir, dan tentu saja menulis serta berkreasi.”